PUCANG SAWIT Wakili Soloraya di Lomba Polmas dan FKPM

Kelurahan Pucang Sawit mewakili Soloraya dalam penilaian implementasi Polisi Masyarakat (Polmas) dan Forum Kemitraan Peduli Masyarakat (FKPM).
Pelaksana Bhayangkara Pembina Keamanan Ketertiban Masyarakat (Babinkamtibmas) Kelurahan Pucang Sawit, Aipda Wakid, Kamis (21/6/2012), mengatakan, sebelumnya kelurahan tersebut berhasil mengalahkan perwakilan dari kelurahan lain se-Soloraya dalam penilaian akademik dan adminsitrasi, Rabu (20/6/2012).
Sementara, penilaian final implementasi Polmas dan FKPM bakal dilakukan Kamis malam di kelurahan setempat. Tim dewan juri berasal dari Polda Jawa tengah.  “Tahun ini dari Kota Solo yang mewakili adalah Kelurahan Pucang Sawit, dan ini alhamdulillah sudah lolos hingga tahap final,” jelasnya saat ditemui di Kelurahan Pucan Sawit.
Wakid menjelaskan Polmas dan FKPM Pucang Sawit telah melakukan berbagai persiapan untuk penilaian final itu. “Tentunya kami bekerja sama dengan masyarakat, aparat Polsek Jebres dan kelurahan,” tambahnya.
Ketua FKPM Pucang Sawit, Supriyadi, menambahkan pada penilaian kedua ini Polmas dan FKPM kelurahan setempat diminta melakukan simulasi penanganan masalah di tiga tempat ronda RW 012, RW 008 dan RW 013.
Simulasi pertama di RW 008 ialah penanganan kebakaran. Simulasi kedua di RW 012 berupa penanganan pemuda mabuk dan diselesaikan dengan penandatanganan surat kesepakatan bersama (SKB). Penilaian terakhir ialah di RW 13 dengan memeragakan penanganan kasus pencurian ayam.

1 comments:


Terimakasih Telah Berkomentar

SIEM Diubah Jadi Kereta Kencana World Music Festival

Event Solo International Ethnic Music (SIEM) yang dijadwalkan 4-8 Juli 2012 berubah konsep. Namanya pun tak lagi SIEM melainkan Kereta Kencana World Music Festival.
Ketua Festival SIEM, Bambang Sutejo mengungkapkan perubahan konsep dan nama acara itu tujuannya agar lebih fleksibel, baik dari sisi pemilihan tempat penyelenggaraan maupun jenis musik yang ditampilkan. “Kami tidak ingin festival itu dibatasi oleh administrasi kewilayahan, dalam arti festival bisa diselenggarakan di manapun, tak hanya di Solo,” ujarnya.
Namun demikian Bambang menolak mengungkapkan lokasi penyelenggaraan acara itu, menyusul tak diperbolehkannya Taman Balekambang menjadi lokasi penyelenggaraan. Pihaknya masih mengurus perizinan tempat itu.
Sedangkan mengenai fleksibilitas dari sisi jenis musik, Bambang mengakui kata etnik juga sengaja dihilangkan sehingga diharapkan semua jenis musik bisa ikut serta dalam festival itu. Namun mengenai jenis musik itu Bambang tak memberi banyak keterangan karena ada kurator yang lebih memahaminya. Dia hanya mengatakan soal tempat akan tetap mempertahankan konsep awal yakni menggunakan tempat-tempat yang bernilai sejarah.
Sebelumnya, penyelenggaraan SIEM 2012 dipermasalahkan terkait pemilihan Taman Balekambang sebagai lokasi penyelenggaraan. Banyak kalangan mulai dari DPRD, seniman, budayawan, pemerhati budaya dan aktivis lingkungan yang menyampaikan keberatan.
Alasannya, Balekambang meskipun merupakan pusat pengembangan seni dan budaya, telah ditetapkan pula sebagai kawasan konservasi flora dan fauna. Pihak yang kontra itu khawatir penyelenggaraan acara sekaliber SIEM akan mengakibatkan kerusakan serius terhadap kawasan yang dilindungi itu. Mereka mendesak agar SIEM dipindahkan ke tempat lain dan desakan itu disetujui Walikota Solo, Joko Widodo.
Ditanya apakah perubahan konsep itu terkait dengan pro dan kontra tersebut, serta berbagai permasalahan yang muncul kemudian, Bambang menampiknya. Menurutnya, perubahan konsep itu sudah dipikirkan sejak lama.
Meski ada perubahan konsep maupun tempat penyelenggaraan, Bambang mengatakan sejauh ini tidak berpengaruh pada para penyaji yang akan berpentas di acara itu. Demikian pula terhadap materi sajiannya.

2 comments:


Terimakasih Telah Berkomentar

PERFORMANCE ART , LUKISAN BATIK: Naifisme Agussis Menduniakan Batik


Tak banyak pelukis yang secara detail membeber motif batik dalam lukisannya. Dari yang sedikit itu muncul nama Agus Siswanto. Lelaki yang akrab disapa Agussis ini sedang merampungkan sekuel lukisan batiknya.
Dalam sapuan kanvasnya, Agussis intens mengangkat motif batik khas Solo seperti truntum, wahyu tumurun, delima hingga wirasat. “Saya ingin lukisan ini mampu memotivasi masyarakat untuk semakin mencintai batik, terutama batik Solo,” ujarnya di sela-sela pameran di House of Danar Hadi, Jumat (22/6/2012).
Agussis mengaku terinspirasi dengan semakin banyaknya warga yang mengenakan batik dalam keseharian. Fenomena itu pun diterjemahkannya dalam lukisan. Selain proses membatik, Agussis memotret kegiatan warga yang berkaitan dengan batik seperti berbelanja, hunting foto batik dan lain sebagainya. “Di sini saya mengadopsi batik sungguhan. Jadi ada pakem yang harus saya terapkan. Tidak asal melukis.”
Lelaki yang terkenal dengan goresan naifismenya ini mengungkapkan, ia telah menyelesaikan 18 lukisan batiknya sejak mulai berproses 2011 lalu. Agussis mengaku masih akan membuat tujuh lukisan lagi untuk melengkapi sekuel lukisan bertema Batik Mendunia itu.
“Rencananya, lukisan-lukisan tersebut akan saya bawa di Jakarta untuk pameran tunggal, November mendatang,” tutur suami Narsasi Dewi ini.

0 comments:


Terimakasih Telah Berkomentar