Mangga, Mudah Didapat Penuh Manfaat

Siapa yang tak tau mangga,masyarakat Indonesia pasti sudah akrab dengan mangga, buah ini tergolong buah musiman. Pada musimnya,
mangga selalu dicari berbagai
kalangan. Meski banyak dicari,
buah Nusantara belum memiliki
citra seperti yang didapatkan
pada buah impor.
Anda bisa mulai mengangkat
derajat mangga dengan cara memosisikannya sebagai buah
Nusantara yang populer. Selain
menyejajarkannya dengan buah
impor lain, Anda pun punya
alasan kuat mengapa harus
lebih sering mengonsumsi
mangga dan selalu
menyediakannya di rumah.
Alasan kesehatan bisa menjadi
dorongan bagi Anda dan
keluarga untuk mengonsumsi
buah yang banyak didapati di
sentra produksi Jawa Timur ini.

Berikut manfaat kesehatan dari
buah mangga:
* Sumber antioksidan. Buah
mangga mengandung beta-
karoten, vitamin C, dan kalium.
Beta-karoten adalah zat dalam
tubuh yang akan diubah
menjadi vitamin A, penting
untuk fungsi retina. Beta-
karoten dan vitamin C juga
tergolong antioksidan, yang
dapat memberikan perlindungan
terhadap kanker karena dapat
menetralkan radikal bebas.
* Kaya vitamin C. Setiap 100
gram mangga masak dapat
memasok 41 mg vitamin C.
Mangga muda bisa memasok
hingga 65 mg. Jadi, kalau Anda
mengonsumsi mangga ranum
150 gr atau mangga golek 200
gr (setengah buah ukuran kecil),
kebutuhan vitamin C 60 mg per
hari untuk laki-laki dan
perempuan dewasa, dapat
terpenuhi dari buah mangga.
* Kaya kalium. Mangga
mengandung kalium yang
melimpah. Tiap 100 gr mangga
mengandung 189 mg kalium.
Dengan mengonsumsi mangga
harum manis ukuran sangat
kecil (minimal 250 gr), atau
satu mangga gedong ukuran
sedang (200-250 gr), kebutuhan
kalium 400 mg per hari dapat
terpenuhi.
* Membantu pencernaan.
Mangga memiliki enzim
pencernaan yang dapat
membantu pemecahan protein
serta membantu proses
pencernaan.
* Meningkatkan memori.
Glutamin terdapat dalam
mangga, dan senyawa ini
bermanfaat untuk meningkatkan
memori.
Dengan berbagai manfaatnya,
tak ada alasan untuk tak
menjadikan mangga sebagai
buah favorit keluarga. Anda
bisa menikmatinya saat buah
mangga melimpah di musim
panen, dengan haryga lebih
terjangkau. Namun, Anda pun
bisa saja mendapatkan mangga
di luar musimnya, dengan rela
membayar lebih mahal, demi
meningkatkan status mangga
agar bisa bersaing dengan
popularitas buah imphor.

Published with Blogger-droid v2.0.6

1 comments:


Terimakasih Telah Berkomentar

Buah Merah Papua

Buah Merah adalah sejenis buah tradisional dari Papua. Oleh masyarakat Wamena, Papua, buah ini disebut kuansu. Nama ilmiahnya Pandanus Conoideus Lam karena tanaman Buah Merah termasuk tanaman keluarga pandan-pandanan dengan pohon menyerupai pandan, namun tinggi tanaman dapat mencapai 16 meter dengan tinggi batang bebas cabang sendiri setinggi 5-8 m yang diperkokoh akar-akar tunjang pada batang sebelah bawah.
Kultivar buah berbentuk lonjong dengan kuncup tertutup daun buah. Buah Merah sendiri panjang buahnya mencapai 55 cm, diameter 10-15 cm, dan bobot 2-3 kg. Warnanya saat matang berwarna merah marun terang, walau sebenarnya ada jenis tanaman ini yang berbuah berwarna coklat dan coklat kekuningan.
Bagi masyarakat di Wamena, Buah Merah disajikan untuk makanan pada pesta adat bakar batu. Namun, banyak pula yang memanfaatkannya sebagai obat. Secara tradisional, Buah Merah dari zaman dahulu secara turun temurun sudah dikonsumsi karena berkhasiat banyak dalam menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti mencegah penyakit mata, cacingan, kulit, dan meningkatkan stamina.

Budidaya

Budidaya tanaman dipelopori oleh seorang warga lokal Nicolaas Maniagasi sejak tahun 1983, dan atas jerih payahnya tersebut mendapatkan penghargaan lingkungan hidup Kehati Award 2002.
Buah ini banyak terdapat di Jayapura, Manokwari, Nabire, dan Wamena.
 
Kandungan dan khasiat
Adapun penelitian tentang khasiat pengobatan Buah Merah pertama kali dilakukan oleh peneliti dosen Universitas Cendrawasih di Jayapura yaitu Drs. I Made Budi M.S. sebagai ahli gizi dan dosen Universitas Cendrawasih sempat mengamati secara seksama kebiasaan masyarakat tradisional di Wamena, Timika dan desa-desa kawasan pegunungan Jayawijaya yang mengonsumsi Buah Merah. Pengamatan atas masyarakat lokal berbadan lebih kekar dan berstamina tinggi, padahal hidup sehari-hari secara asli tradisional yang serba terbatas dan terbuka dalam berbusana dalam kondisi alam yang keras serta kadang-kadang bercuaca cukup dingin di ketinggian pegunungan. Keistimewaan fisik penduduk lain yakni jarang yang terkena penyakit degeneratif seperti: hipertensi, diabetes, penyakit jantung dan kanker.
Dengan meneliti kandungan komposisi gizinya, ternyata dalam ujud sari Buah Merah itu banyak mengandung antioksidan (kandungan rata-rata):

    Karoten (12.000 ppm)
    Betakaroten (700 ppm)
    Tokoferol (11.000 ppm)

Di samping beberapa zat lain yang meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain: asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dekanoat, Omega 3 dan Omega 9 yang semuanya merupakan senyawa aktif penangkal terbentuknya radikal bebas dalam tubuh.
Betakaroten berfungsi memperlambat berlangsungnya penumpukan flek pada arteri. Jadi aliran darah ke jantung dan otak berlangsung tanpa sumbatan. Interaksinya dengan protein meningkatkan produksi antibodi. Ini meningkatkan jumlah sel pembunuh alami dan memperbanyak aktivitas sel T Helpers dan limposit. Suatu kutipan studi membuktikan konsumsi betakaroten 30-60 mg/hari selama 2 bulan membuat tubuh dapat memperbanyak sel-sel alami pembasmi penyakit. Bertambahnya sel-sel alami itu menekan kehadiran sel-sel kanker karena ampuh menetralisasikan radikal bebas senyawa karsinogen penyebab kanker.
Dalam beberapa penelitian terbatas yang dilakukan I Made Budi dengan metode pengobatan langsung dengan Sari Buah Merah, peneliti mengungkapkan keberhasilan yang amat tinggi dalam upaya pengobatan yang dilaksanakan terhadap beberapa penyakit.

 

0 comments:


Terimakasih Telah Berkomentar

Tradisi Unik di Malam 1 Suro (Kirab Kebo Bule)

Malam 1 (Satu) Suro bagi sebagian
masyarakat Jawa (khususnya) masih
dianggap sakral. Terlebih jika malam
satu Suro tersebut jatuh pada malam
Jum’at Legi.  Berbagai ritual (atau)
tradisi senantiasa mengiringi malam
satu Suro. Diantaranya ada yang tapa
bisu, kungkum, ataupun sekedar
tirakatan dengan cara lek-lekan secara
bersama-sama di pos ronda. Tradisi
unik menyambut satu Suro juga ada di
Kota Surakarta tepatnya di Keraton
Kasunanan Surakarta. Tradisi unik
yang diadakan rutin setahun sekali
tersebut yakni Kirab Kebo Bule dan
Pusaka Keraton.
Kebo bule atau kerbau albino ini
memang binatang peliharaan Keraton
Surakarta. Konon nenek moyang
kerbau ini merupakan binatang
kesayangan Sri Susuhunan
Pakubuwono II. Sehingga kebo bule
ini dikeramatkan, dan menjadi salah
satu pusaka paling penting di Keraton
Surakarta Hadiningrat. Kirab atau arak-
arakan Kebo bule ini sendiri biasanya
dimulai pada tengah malam. Kerbau
(yang kandangnya ada di alun-alun
kidul), tanpa digiring akan berjalan
sendiri menuju halaman keraton.  Jika
sudah begitu, berarti kirab siap
dimulai.
Kebo atau kerbau bule ini sering
disebut dengan kebo kyai Slamet
lantaran secara turun temurun,
kerbau albino ini dipercaya sebagai
penunggu pusaka kyai slamet (salah
satu pusaka milik keraton Surakarta
yang kasat mata). Dalam kirab malam
satu Suro, kebo kyai Slamet selalu
berada di barisan paling depan
sekaligus bertindak sebagai cucuk
lampah kirab. Di belakangnya
menyusul barisan para Putra Sentana
Dalem (kerabat keraton) yang
membawa pusaka, lampu-lampu
keraton maupun obor bambu dengan
mengenakan busana Jawi lengkap,
kemudian diikuti oleh masyarakat Solo
dan sekitarnya yang hendak
menyaksikan acara kirab secara
langsung.
Kirab biasanya dimulai dari halaman
keraton menuju alun-alun utara,
Gladak, Jl. Mayor Kusmanto, Jl. Kapten
Mulyadi, Jl. Veteran, Jl. Yos Sudarso, Jl.
Slamet Riyadi, Gladak, dan kembali ke
keraton atau lebih kurang sejauh 3
km. Adapun kirab tersebut
dimaksudkan sebagai penolak bala.
Anda tertarik dan ingin menyaksikan
secara langsung kemeriahan kirab 1
Suro ini?
Monggo, tindhak dhateng Solo!

Published with Blogger-droid v2.0.6

0 comments:


Terimakasih Telah Berkomentar

Kirab Kerbau Bule Disiarkan Langsung TV Singapura

Keraton Kasunanan
Surakarta bakal menggelar kirab untuk menyambut
Tahun Baru Jawa, Kamis dinihari 15 November 2012.
Sembilan ekor kerbau albino alias kerbau bule akan
menjadi barisan terdepan iring-iringan kirab tersebut.
Koordinator kirab, KRMH Satryo Hadinoto,
mengatakan bahwa kirab itu merupakan tradisi yang
sudah berjalan ratusan tahun. "Harus terus
terselenggara, meski dengan berbagai keterbatasan,
termasuk keterbatasan biaya,"katanya, Selasa, 13
November 2012.
Satryo menjelaskan bahwa Keraton membiayai kirab
secara mandiri selama tiga tahun terakhir.
"Sebelumnya, bantuan dari pemerintah pasti ada,"
katanya. Pada tahun ini Pemerintah Kota Surakarta
hanya membantu membiayai Festival Satu Sura yang
diselenggarakan pada hari yang sama.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, kirab  diperkirakan
akan diikuti oleh ribuan kerabat keraton serta abdi
dalem. Selain sembilan ekor kerbau bule, mereka
juga akan mengirabkan sepuluh buah pusaka
keraton. "Kami sedang memilih sepuluh dari sekian
banyak pusaka yang ada di keraton," katanya.
Dia memastikan bahwa ritual budaya akan disaksikan
oleh ribuan masyarakat serta wisatawan. Mereka
akan memadati jalan-jalan yang dilalui oleh peserta
kirab. "Kami berharap kegiatan ini berdampak positif
bagi dunia pariwisata di Surakarta," katanya.
Kirab pada tahun ini, menurutnya, juga diliput oleh
salah satu stasiun televisi asal Singapura. "Akan
disiarkan di seluruh stasiun yang jaringannya ada di
Asia Tenggara," katanya. Satryo berharap kerja sama
tersebut mampu mempromosikan Surakarta sebagai
pusat kebudayaan Jawa.
Sedangkan Kepala Dinas Pariwisata dan Seni Budaya
Surakarta, Widdi Sri Hanto, menyatakan pihaknya ikut
mendukung kegiatan tersebut dengan terlibat di
Festival Satu Sura. Acara tersebut akan mementaskan
sejumlah ritual budaya yang selama ini berkembang
di Surakarta.
"Kami juga telah berkoordinasi dengan tujuh
kelurahan yang dilewati kirab," katanya. Pihaknya
meminta agar kelurahan tersebut memasang umbul-
umbul dan janur kuning. Tempat usaha yang terletak
di tepi jalan sepanjang jalur kirab juga diminta
melakukan hal yang sama untuk menyambut
datangnya Tahun Baru Jawa tersebut.

Published with Blogger-droid v2.0.6

0 comments:


Terimakasih Telah Berkomentar

Mapalus Budaya Minahasa Sulawesi Utara


Kita tahu Sulawesi merupakan pulau yang penuh dengan pesona. Pesona Sulawesi tersebut meliputi kekayaan alam hingga keanekaragaman budaya. Salah satu provinsi yang ada di Sulawesi ialah Provinsi Sulawesi Utara. Provinsi Sulawesi Utara merupakan daerah yang kaya akan sumber daya alam, selain itu Sulawesi Utara juga kaya akan seni dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang. Berbagai seni dan budaya terlahir dari berbagai suku yang ada di Provinsi Sulawesi Utara. Berbagai suku yang ada di sana justru menjadikan daerah nyiur melambai semakin indah dan mempesona. Berbagai pentas seni dan budaya maupun tradisi dari nenek moyang memberikan warna tersendiri bagi provinsi yang terkenal akan kecantikan dan ketampanan nyong dan nona Manado

 

Secara garis besar penduduk di Sulawesi Utara terdiri atas 3 suku besar yakni suku Minahasa, suku Sangihe dan Talaud dan suku Bolaang Mongondow. Ketiga suku/etnis besar tersebut memiliki subetnis yang memiliki bahasa dan tradisi yangberbeda-beda. Tak heran Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa bahasa daerah seperti Toulour, Tombulu, Tonsea Tontemboan, Tonsawang, Ponosakan dan Bantik (dari Suku Minahasa), Sangie Besar, Siau, Talaud (dari Sangihe dan Talaud) dan Mongondow, Bolaang, Bintauna, Kaidipang (dari Bolaang Mongondow). Propinsi yang terkenal akan semboyan torang samua basudara (kita semua bersaudara) hidup secara rukun dan berdampingan beberapa golongan agama seperti Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Namun dari keanekaragaman tersebut bahasa Indonesia masih menjadi bahasa pemersatu dari berbagai suku dan golongan.

Dari keanekaragaman suku disana terdapat berbagai macam budaya pula, dan salah satunya yaitu Budaya Mapalus.
Mapalus merupakan sebuah tradisi budaya suku Minahasa dimana dalam mengerjakan segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama atau gotong royong, misalnya: perkumpulan atau asosiasi usaha. Budaya mapalus mengandung arti yang sangat mendasar.
Mapalus dikenal sebagai Local Spirit and Local Wisdom masyarakat di Minahasa, yang didalamnya terpatri dan berkohesi tiga jenis hakikat dasar pribadi manusia dalam kelompoknya, yaitu:
Touching Hearts , Teaching Mind , dan Transforming Life. Mapalus adalah hakikat dasar dan aktivitas kehidupan orang Minahasa (Manado) yang terpanggil dengan ketulusan hati nurani yang mendasar dan mendalam (touching hearts) dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab menjadikan manusia dan kelompoknya (teaching mind) untuk saling menghidupkan dan menyejahterakan setiap orang dan kelompok dalam komunitasnya (transforming life). Menurut buku The Mapalus Way, mapalus sebagai sebuah sistem kerja yang memiliki nilai-nilai etos seperti, etos resiprokal, etos partisipatif, solidaritas, responsibilitas, gotong royong, good leadership , disiplin, transparansi, kesetaraan, dan trust.

Seiring dengan berkembangnya fungsi-fungsi organisasi sosial yang menerapkan kegiatan-kegiatan dengan asas Mapalus, saat ini, Mapalus juga sering digunakan sebagai asas dari suatu organisasi kemasyarakatan di Minahasa. Mapalus berasaskan kekeluargaan, keagamaan, dan persatuan dan kesatuan. Bentuk Mapalus, antara lain:


  • Mapalus tani





  • Mapalus nelayan
  • Mapalus uang
  • Mapalus bantuan duka dan perkawinan dan,
  • Mapalus kelompok masyarakat.




Dalam penerapannya, Mapalus berfungsi sebagai daya tangkal bagi resesi ekonomi dunia, sarana untuk memotivasi dan memobilisasi manusia bagi pemantapan pembangunan, dan merupakan sarana pembinaan semangat kerja produktif untuk keberhasilan operasi mandiri, misalnya:
program intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian .
Prinsip solidaritas yang tercermin dalam Mapalus terefleksi dalam perekonomian masyarakat di Minahasa, yaitu dikenalkannya prinsip ekonomi Tamber. Prinsip ekonomi Tamber merujuk
pada suatu kegiatan untuk memberikan sesuatu kepada orang lain, atau warga sewanua (sekampung) secara sukarela dan cuma-cuma, tanpa menghitung-hitung atau mengharapkan balas jasa.
Prinsip ekonomi Tamber berasaskan kekeluargaan. Dari segi motivasi adat, prinsip ini
mengandung suatu makna perekat kultural (cagar budaya) yang mengungkapkan juga kepedulian
sosial, bahkan indikator keakraban sosial.
Faktor kultural prinsip ekonomi Tamber berdasarkan keadaan alam Minahasa yang subur dan
berlimpah, dan tipikal orang Minahasa yang cenderung rajin dan murah hati.
Itulah sedikit artikel tentang budaya Mapalus di Sulawesi Utara yang bereferensi dari berbagai sumber.
Semoga artikel tersebut dapat bermanfaat dan semakin menjadikan kita bangga akan seni budaya kita sendiri

0 comments:


Terimakasih Telah Berkomentar