Masjid Agung Surakarta (Solo). Masjid ini dibangun tahun 1785 oleh Raja Surakarta, Paku Buwono III. Menggunakan kayu dari hutan Donoloyo. Arsitektur masjid merupakan perpaduan antara budaya Jawa clasical dan filsafat Islam.Sunan Kali Jaga, salah satu dari Wali Songo Islam di Indonesia, Beliau bermain gamelan di luar masjid untuk menarik masyarakat, dan menyebarkan nilai-nilai Islam dalam sambutannya.
Konon kubah (mustoko) Masjid itu pada zaman dulu dilapisi dengan emas murni seberat 7,5 kilogram terdiri dari uang ringgit emas ebanyak 192 buah. Pemasangan lapisan kubah Masjid itu diprakarsai oleh Sri Susuhunan PB VII pada tahun 1878 atau tahun Jawa 1786 dengan condro sangkolo “Rasa Ngesti Muji ing Allah”.
Tapi kubah emas itu sekarang sudah tidak ada lagi, entah dirawat atau atau dijual, lapisan emas murni itu tidak diketahui secara jelas keberadaannya. Konon, kubah berlapis emas itu juga pernah disambar petir sehingga porak poranda. Reruntuhannya ada yang diambil orang, lainnya tidak diketahui dimana dirawat.
Letak Masjid tersebut tepat di depan Pasar Klewer maka para pedagang yang beragama Islam selalu memenuhi tempat tersebut bila saatnya tiba.
Arsitekturnya mengandung filsafat Islam. Bangunan utama masjid ini ditopang oleh 4 soko guru (tiang utama) dengan 12 saka rawa (tiang tambahan). Sekilas mirip dengan bangunan rumah joglo. Di sini juga terdapat mihrab dan mimbar untuk menyampaikan ceramah keagamaan.
Atap atas masjid mengandung makna 4 filsafat Islam, yaitu:
• Syariat (syari'ah - kehidupan tindakan),
• Tarekat (thariqah - jalan kontemplatif Islam),
• Hakekat (Esensi atau Kebenaran Ilahi) &
• Ma'rifat (Pencapaian Kebenaran).
Itu adalah filsafat tasawuf.
Masjid Agung ini juga dilengkapi dengan sebuah menara yang indah menyerupai menara kutub Minar di India. Namun ada juga yang menyebutkan bahwa menara adzan masjid ini menyerupai lingga.
Di samping masjid, ada kompleks untuk pengurus masjid, yang sudah sangat setia di sana.
sejak zaman Keraton Kasunanan Surakarta masih berjaya, maupun zaman penjajahan Belanda, Masjid ini menjadi barometer kemajuan umat Islam di kota Solo dan sekitarnya. Sampai sekarang pun fungsinya masih sama.
Sekian posting dari saya Terimakasih ^_^ Jangan lupa komentar yha,
Masjid Agung Solo, Filosofi Islam di Surakarta
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
wooho........ kayaknya saya pernah keisni.. tapi lupa :D .
ReplyDeleteHaha, mampir lagi juga boleh ^_^
ReplyDeleteSaya pernah ke sana tapi sudah lama sekali, sehingga lupa beberapa detail dari Masjid kuno ini. Ingatnya cuma atmosfir jawanya yang kental itu...
ReplyDeleteYap, Akulturasi Jawa-Islam :D
ReplyDeleteKalo ada waktu, monggo kesini lagi ^_^